Jumat, 12 Desember 2014

Acara Pertumbuhan Ikan

I.             PENDAHULUAN


1.1     Latar belakang

Pertumbuhan dalam individu ialah bertambahnya jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Hal ini bisa terjadi karena  terjadi kelebihan input energi dan asam amino (protein) yang berasal dari makanan. Sehingga dalam istilah sederhana dapat diartikan sebagai pertambahan ukuran panjang dan jumlah dalam suatu waktu, namun pada pertumbuhan dalam populasi adalah suatu pertambahan jumlah (Effendie, 2002).
Menurut Effendie (2002), kelompok sel-sel suatu jaringan pada bagian tubuh dalam pertumbuhan dapat digolongkan menjadi bagian yang dapat diperbaharui, bagian yang dapat berkembang, dan bagian yang statis. Digolongkan dapat diperbaharui karena sel-sel dalam tubuh mempunyai daya membelah secara mitosis sangat cepat walaupun suatu organisme tersebut sudah tua. Urat dan daging pada ikan merupakan bagian terbesar dari tubuhnya. Pertambahan sel-sel pada jaringan tersebut akan berpengaruh terhadap massa ikan.
Hubungan panjang–berat ikan dalam biologi perikanan merupakan salah satu informasi pelengkap yang perlu diketahui dalam kaitan pengelolaan sumber daya perikanan, misalnya dalam penentuan selektifitas alat tangkap agar ikan–ikan yang tertangkap hanya yang berukuran layak tangkap. Pengukuran panjang–berat ikan bertujuan untuk mengetahui variasi berat dan panjang tertentu dari ikan secara individual atau kelompok-kelompok individu sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, produktifitas dan kondisi fisiologis termasuk perkembangan gonad. Analisa hubungan panjang–berat juga dapat mengestimasi faktor kondisi atau sering disebut dengan index of plumpness, yang merupakan salah satu hal penting dari pertumbuhan untuk membandingkan kondisi atau keadaan kesehatan relatif populasi ikan atau individu tertentu (Mulfizar, 2012).

1.2     Tujuan

Tujuan dari praktikum ini  adalah untuk mengetahui tipe pertumbuhan ikan berdasarkan ukuran panjang dan berat serta menghitung faktor kondisi.




















II.          TINJAUAN PUSTAKA


2.1     Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)

Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) merupakan salah satu biota akuatik yang berpotensial untuk dikembangkan menjadi produk unggulan khususnya pada perikanan budidaya. Ikan ini juga merupakan komoditi perikanan yang memiliki beberapa keunggulan dari beberapa segi salah satunya adalah dari segi budidaya. Dilihat dari segi budidaya, ikan ini termasuk ikan yang mudah dipelihara, memiliki kelangsungan hidup dan reproduksi yang tinggi. Selain dari segi budidaya yaitu dari segi kelestarian lingkungan. Apabila dilihat dari segi kelestarian lingkungan, ikan nilem (Osteochillus hasselti) termasuk dalam biocleaning agent karena memiliki sifat pemakan detritus, plankton dan perifiton sehingga ikan ini bisa digunakan sebagai pembersih kolam dan danau. Ikan ini selain pemakan detritus namun juga memakan alga, beberapa tumbuhan air dan protozoa (Hanjavanit, 2012).
Klasifikasi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) menurut Djajadiredja (1990) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
          Class : Pisces
                  Order : Ostariophysi
                           Family : Cyprinidae
                                                Genus : Ostechilus
                                                            Species : Osteochilus hasselti

Gambar 1. Ikan Nilem (Randall, J.E, 1996)






2.2     Ikan Kembung (Rastrelliger sp.)

Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) merupakan ikan pelagis kecil dengan nilai ekonomis menengah sehingga bisa dikatakan sebagai komoditas yang penting bagi perikanan tangkap. Ikan kembung jantan hidup di perairan pantai dan tersebar di wilayah Indo-Pasifik barat dengan suhu perairan kurang lebih 17 0C. Ikan kembung banyak ditemukan di lepas pantai dan pesisir yang dalam. Ikan ini memakan plankton dan biasa ditemukan bergerombol di kolom perairan. Ikan kembung cenderung berenang mendekati permukaan air pada waktu malam hari dan pada siang hari turun ke lapisan yang lebih dalam. Gerakan vertikal ini dipengaruhi oleh gerakan harian plankton dan mengikuti perubahan suhu, faktor hidrografis dan salinitas air laut (Utami, 2014). 
Klasifikasi Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) menurut Irmawan (2009) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformes
Family : Scombridae
Genus : Rastrelliger
Species : Rastrelliger sp.






Gambar 2. Ikan Kembung (Randall, J.E, 1996)
 

 


2.3     Ikan Kurisi (Nemipterus sp.)

Ikan Kurisi (Nemipterus sp.) merupakan salah satu ikan demersal yang memiliki nilai ekonomis penting dan bahkan dikatakan sebagai hasil perikanan berdaging putih yang memiliki nilai ekonomis dan banyak dikonsumsi oleh kebanyakan penduduk Asia. Ikan kurisi juga merupakan salah satu komoditi ekspor sektor perikanan selain udang-udangan dan cephalopoda yang memiliki nilai gizi tinggi. Ikan kurisi juga dapat ditangkap di seluruh perairan Indonesia sehingga hasil tangkapan kurisi sangat melimpah dan hampir tidak mengenal musim. (Sutjipto,  2013).
Klasifikasi ikan Kurisi (Nemipterus sp.), menurut Saanin (1986) adalah:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Order : Percomorphi
Family : Nemipteridae
Genus : Nemipterus
Species : Nemipterus sp.
Gambar 3. Ikan Kurisi  (Randall, J.E, 1996)
 






Ikan kurisi banyak ditemukan  di laut kedalaman antara 100-330 m.habitatnya di daerah karang dan area dasar berbatu-batu dengan kedalaman minimal 100 m. Ikan Kurisi ini digolongkan kedalamikan demersal karena ikan ini memiliki ciri-cirri bentuk mulut yang agak kebawah dan adanya sungut yang terletak didagunya yang digunakan untuk meraba dalam usaha pencarian makanan. Ciri-ciri tubuh Ikan Kurisi yaitu tubuhnya berukuran kecil, berbadan langsing, dan padat (Ullyna, 2014).

2.4     Ikan Hiu (Carcharhinus brevipinna)

Ikan cucut atau ikan hiu (Carcharhinus brevipinna) termasuk kelompok ikan pelagis besar yang memiliki nilai ekonomis. Hampir semua bagian ikan cucut dapat diolah dan dimanfaatkan terutama siripnya yang bernilai ekonomis tinggi (Rahmat, 2011). Ikan cucut hidup di lautan tropis maupun subtropis. Ikan cucut hidup di perairan yang sangat bervariasi salinitasnya, di !aut dekat pantai dan !aut lepas. Ikan hiu yang ada di dunia diperkirakan ada 375 - 500 jenis yang terdiri atas delapan ordo yang didominasi oleh Carchariniformes (Widodo dan Mahiswara, 2007).
Ikan cucut atau hiu termasuk dalam kategori ikan-ikan bertulang rawan (elasmobranchii). Ikan cucut atau ikan hiu merupakan ikan demersal sehingga perlu diketahui kedalaman suatu perairan untuk mengetahui habitatnya. Kedalaman tersebut dapat diketahui dengan menggunakan penginderaan jauh. Penginderaan jauh merupakan suatu cara pengamatan objek tanpa menyentuh objek secara langsung. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap penyebaran cucut  adalah kedalaman perairan dan suhu, karena kedua faktor ini relatif tidak berubah. Kedalaman rata-rata dimana cucut berada, berkisar antara 70 - 1000 meter, walaupun demikian ada beberapa cucut yang hidup pada kedalaman lebih dari 1000 meter (Fakhrurrizal, 2014).
Klasifikasi Ikan Hiu (Carcharhinus brevipinna) menurut Compagno (2002) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Order   : Carcharhiniformes
Family : Carcharhinidae
Genus  : Carcharhinus
Species : Carcharhius brevipinna







Gambar 4. Ikan Hiu  (Randall, J.E, 1996)
 


Ikan cucut yang lebih dikenal dengan nama ikan hiu pada umumnya bersifat predator. Habitatnya bervariasi dari perairan dekat pantai (inshore) sampai palung dalam (trench). Ikan cucut mempunyai ciri-ciri morfologis sebagai berikut:
a.              Bentuk tubuh seperti torpedo dan memiliki ekor yang kuat.
b.             Insang terletak di sisi kiri dan kanan bagian belakang kepala. Insang tidak memiliki tutup, tetapi berupa celah insang (gill openings atau  gill slit). Jumlah celah insang antara 5-7 buah.
c.              Mulut terletak di bagian ujung terdepan bagian bawah.
d.             Gigi triangular.
e.              Ekor pada umumnya berbentuk heterocercal yaitu bentuk cagak dengan cuping bagian atasnya lebih berkembang di banding bagian cuping bawahnya. Bentuk ekor demikian sangat membantu pergerakannya sebagai ikan predator sejati  (Rahmat, 2011).

2.5     Faktor Yang Mempengaruhi

Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor ini dapat digolongkan menjadi dua bagian yang besar yaitu faktor dalam dan luar. Faktor-faktor ini ada yang dapat dikontrol dan ada juga yang tidak. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol, diantaranya ialah keturunan seks, umur parasit dan penyakit. Faktor keturunan dalam suatu kultur dapat dikontrol dengan mengadakan seleksi untuk mencari ikan yang baik pertumbuhannya, tetapi di alam tidak ada kontrol yang dapat diterapkan. Faktor seks juga tidak dapat dikontrol. Ikan betina ada yang pertumbuhannya lebih baik dari ikan jantan dan sebaliknya ada pula spesies ikan yang tidak mempunyai pertumbuhan pada ikan betina dan ikan jantan. Kematangan gonad akan tercapai pertama kali kiranya mempengaruhi pertumbuhan yaitu kecepatan pertumbuhan menjadi sedikit lambat. Makanan yang dimakan sebagian akan tertuju kepada perkembangan gonad. Pembuatan sarang, pemijahan penjagaan keturunan membuat pertumbuhan tidak bertambah karena pada waktu tersebut pada umumnya ikan tidak makan. Setelah periode tersebut ikan mengembalikan lagi kondisinya dengan mengambil makanan tersebut seperi sedia kala (Rochmatin, 2014).

2.6     Macam-macam Pertumbuhan

Pola pertumbuhan dapat diketahui dengan membandingkan nilai b yang didapat dari perhitungan. Pola pertumbuhan jenis ikan bersifat allometrik positif, terlihat dari nilai b yang lebih besar dari 3 (b>3). Sifat pertumbuhan allometrik positif menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang lebih lambat dibandingkan pertumbuhan bobot ikan. Pertumbuhan allometrik negatif cenderung pertumbuhan bobotnya lebih lambat dibandingkan pertumbuhan panjang, sedangkan untuk pertumbuhan isometrik menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang sebanding dengan pertumbuhan bobotnya. Perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh perbedaan kelompok ukuran yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (Syahrir, 2013).
















III.      MATERI DAN METODE


3.1     Materi

3.1.1  Alat

Alat yang digunakan adalah baki plastik, gunting bedah, pinset, milimeter blok, alat tulis, timbangan dan kamera.

3.1.2  Bahan

Bahan yang digunakan adalah delapan ekor Ikan Nilem (Osteochilus hasselti), delapan ekor Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) dan Ikan Hiu (Carcharhinus brevipinna)

3.2     Metode

Ikan Nilem (Osteochilus hasselti), Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) dan Ikan Hiu (Carcharhinus brevipinna) ditimbang berat tubuhnya dan diukur panjang totalnya kemudian di catat data yang diperoleh. Untuk Ikan Hiu (Carcharhinus brevipinna) diukur panjang cagak, panjang sirip punggung, panjang sirip dada, panjang sirip ekor bawah, serta  panjang clasper dan kemudian dicatat data yang diperoleh. Setelah itu dihitung tipe pertumbuhan dan faktor kondisi. Pada akhir percobaan dilakukan pembedahan untuk mengetahui bentuk lambung ikan hiu.

3.3     Waktu dan Tempat

Praktikum pengukuran panjang dan berat delapan Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) dan delapan ekor Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) dilaksanakan pada hari Minggu, 12 Oktober 2014 pukul 13.00-16.00 WIB. Praktikum Ikan Hiu (Carcharhinus brevipinna) dilaksanakan pada hari Minggu, 19 Oktober 2014. Praktikum tersebut dilaksanakan di Laboratorium Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal Soedirman.

IV.      HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1     Hasil

Tabel 1. Data Pertumbuhan Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Ikan Ke-
L (cm)
Log L
W (gr)
Log W
Log L x Log W
(Log L)2
1
19.5
1.29
90.0
1.95
2.52
1.66
2
17.2
1.24
66.0
1.82
2.26
1.54
3
18.0
1.26
79.0
1.9
2.39
1.59
4
15.7
1.20
54.5
1.74
2.09
1.44
5
15.5
1.19
42.0
1.62
1.93
1.42
6
21.2
1.33
119.5
2.08
2.77
1.77
7
16.4
1.21
48.5
1.69
2.04
1.46
8
23.3
1.37
151.5
2.18
2.99
1.88
9
16.3
1.21
63.0
1.80
2.18
1.46
10
20.0
1.30
95.0
1.98
2.57
1.69
11
15.3
1.18
46.0
1.66
1.96
1.39
12
19.3
1.29
107.0
2.03
2.62
1.66
13
19.5
1.29
80.0
1.90
2.45
1.66
14
16.6
1.22
57.0
1.76
2.15
1.49
15
15.5
1.19
51.0
1.71
2.03
1.42
16
18.4
1.26
91.0
1.96
2.47
1.59
17
16.0
1.20
49.0
1.69
2.03
1.44
18
15.9
1.2
61.0
1.79
2.15
1.44
19
17.1
1.23
65.0
1.81
2.23
1.51
20
19.7
1.29
89.0
1.95
2.52
1.66
21
19.1
1.28
85.0
1.93
2.47
1.64
22
18.3
1.26
79.0
1.90
2.39
1.59
23
16.7
1.22
63.0
1.80
2.20
1.49
24
16.8
1.23
56.0
1.75
2.15
1.51
25
16.9
1.23
59.5
1.77
2.18
1.51
26
18.7
1.27
79.5
1.9
2.41
1.61
27
17.5
1.24
65
1.81
2.24
1.54
28
16.4
1.21
62.5
1.80
2.18
1.46
29
17.2
1.24
70.0
1.85
2.29
1.54
30
18.7
1.27
91.0
1.96
2.49
1.61
31
17.8
1.25
65.5
1.82
2.28
1.56
32
15.7
1.20
44.5
1.65
1.98
1.44
566,2
39.85
2325,5
58.96
73.61
49.67
Rata-rata
17,69

72,67



Gambar 5. Hubungan Pertumbuhan Panjang dan Berat Pada Ikan Nilem
Tabel 2. Data Pertumbuhan Ikan Kembung (Rastrelliger sp.)
Ikan ke-
L (cm )
Log L
W ( gr )
Log W
Log L x Log W
(Log L)2
1
20
1.30
88.5
1.95
2.54
1.69
2
20.7
1.32
88.5
1.95
2.57
1.74
3
21.0
1.32
102.0
2.01
2.65
1.74
4
21.3
1.33
102.0
2.01
2.67
1.77
5
19.7
1.29
75.5
1.88
2.43
1.66
6
25.4
1.40
167.5
2.22
3.11
1.96
7
23.3
1.37
128
2.11
2.89
1.88
8
25.0
1.40
144.5
2.16
3.02
1.96
9
24.5
1.39
161.0
2.21
3.07
1.93
10
23.0
1.36
124.0
2.09
2.84
1.85
11
21.0
1.32
97.0
1.99
2.63
1.74
12
21.2
1.33
94.0
1.97
2.62
1.77
13
20.5
1.31
93.0
1.97
2.58
1.72
14
19.5
1.29
89.0
1.95
2.52
1.66
15
20.0
1.30
88.0
1.94
2.52
1.69
16
19.5
1.29
93.0
1.97
2.54
1.66
345.6
21.32
1735.5
32.38
43.20
28.42
Rata-rata
21.6

108.47




Tabel 3. D

Gambar 6. Hubungan Pertumbuhan Panjang dan Berat Pada Ikan Kembung
Tabel 3. Data Pertumbuhan Ikan Kurisi (Nemipterus sp.)
Ikan ke-
L (cm)
Log L
W (gr)
Log W
Log L x Log W
(Log L)2
1
20.3
1.31
103
2.01
2.63
1.72
2
19
1.28
80
1.90
2.43
1.64
3
21.7
1.34
114
2.06
2.76
1.80
4
22.2
1.35
143
2.16
2.91
1.82
5
19.3
1.29
100
2.00
2.58
1.66
6
18.5
1.27
81
1.91
2.43
1.61
7
21.7
1.34
106
2.03
2.72
1.80
8
19.9
1.30
100
2.00
2.60
1.69
9
21.2
1.33
106.5
2.03
2.70
1.77
10
25
1.40
108
2.03
2.84
1.96
11
19
1.28
87.5
1.94
2.48
1.64
12
20.5
1.31
87.4
1.94
2.54
1.72
13
21
1.32
118.5
2.07
2.73
1.74
14
21.3
1.33
98.5
1.99
2.65
1.77
15
20
1.30
98
1.99
2.59
1.69
16
19.9
1.30
91.5
1.96
2.55
1.69
330.5
21.05
1652.9
32.02
42.15
27.72
Rata-rata
20.66

103.31




Gambar 7. Hubungan Pertumbuhan Panjang dan Berat Pada Ikan Kurisi
Tabel 4. Ikan Hiu (Carcharhinus brevipinna)
No
Panjang Total (cm)
Panjang Cagak (cm)
Panjang Sirip Punggung
(cm)
Panjang Sirip  Dada (cm)
Panjang Sirip Ekor Bawah
(cm)
Panjang Clasper (cm)
Jenis Kelamin
Clasper
Berat (gr)
1
49,8
39,4
4,2
5,9
5,3
6
Jantan
NFC
518
2
43,5
33,4
6,0
5,2
4,4
5
Jantan
FC
397
3
52,7
43
4,0
4,5
1,3
-
Betina
-
602
4
46,0
38
5,7
5,4
5
5,3
Jantan
FC
423

Keterangan :
NC                  : Non Calcification
NFC                : Non Full Calcification
FC                   : Full Calsification
Tabel 5. Data Pertumbuhan Ikan Hiu (Carcharhinus brevipinna)
No
L (cm)
Log L
W (gr)
Log W
Log L x Log W
(Log L)2
1
49,8
1,70
518
2,71
4,61
2,89
2
43,5
1,64
397
2,60
4,26
2,69
3
52,7
1,73
602
2,78
4,81
2,99
4
46
1,66
423
2,63
4,37
2,76
192
6,73
1940
10,72
18,05
11,33
Rata-rata
48

486




Gambar 8. Hubungan Pertumbuhan Panjang dan Berat Pada Ikan Hiu Dewasa
Tabel 6. Anak Ikan Hiu (Carcharhinus brevipinna)
JenisKelamin
Panjang Total (cm)
Berat (gr)
Jantan
23,3
52
Betina
22,3
43

Tabel 7. Data Pertumbuhan Anak Ikan Hiu (Carcharhinus brevipinna)
No
L (cm)
Log L
W (gr)
Log W
Log L x Log W
(Log L)2
1
23,3
1,37
52
1,72
2,36
1,88
2
22,3
1,35
43
1,63
2,20
1,82
45,6
2,72
95
3,35
4,56
3,7
Rata-rata
22,8

47,5




Gambar 9. Hubungan Pertumbuhan Panjang dan Barat Anakan Ikan Hiu

4.2     Pembahasan

Berdasarkan data hasil praktikum didapatkan, rata-rata pertumbuhaan panjang Ikan Nilem adalah 17,69 cm; rata-rata panjang Ikan Kembung adalah 21.6 cm; dan rata-rata panjang Ikan Kurisi adalah 20,66 cm. Sedangkan rata-rata pertumbuhan berat Ikan Nilem adalah 72,67 gram; rata-rata berat Ikan Kembung adalah 108.47 gram dan rata-rata berat Ikan Kurisi adalah 103,31 gram. Data tersebut kemudian diolah dan didapatkan nilai b pada Ikan Nilem sebesar 1,95; pada Ikan Kembung sebesar 4,79; dan pada Ikan Kurisi sebesar 0,92. Sehingga dapat dikatakan bahwa Ikan Nilem dan Ikan Kurisi memiliki pertambahan panjang lebih cepat dari pada pertambahan beratnya atau pertumbuhannya allometrik negatif. Ikan Kembung memiliki pertambahan berat ikan lebih cepat dari pada pertambahan panjangnya atau pertumbuhan allometrik positif.
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran individu, biasanya pertumbuhan diukur dalam satuan panjang, berat dan atau energi. Dalam hubungannya dengan waktu, pertumbuhan didefinisikan sebagai ukuran rata-rata ikan pada waktu tertentu (pertumbuhan mutlak) dan perubahan panjang atau berat pada awal periode (pertumbuhan nisbi) (Syahrir, 2013). Menurut Arief (2011) pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang meliputi keturunan (spesies ikan), sex (tingkat reproduksi), umur ikan, metabolisme standar, ransum makanan. Sedangkan faktor eksternal meliputi protein, karbohaidrat, lemak dan mineral.
Arief (2011) menjabarkan faktor eksternal sebagai berikut :
a.              Protein
Setiap ikan membutuhkan kadar protein yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya dan dipengaruhi oleh umur/ukuran ikan, namun pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 35–50% dalam pakannya.

b.             Karbohidrat
Kadar optimum karbohidrat pakan untuk golongan ikan karnivora adalah 10-20% dan golongan omnivora adalah 30-40%. Karbohidrat dalam pakan digunakan untuk  memenuhi kebutuhan energi metabolisme basal dan maintenance sedangkan protein pakan dapat dipergunakan sepenuhnya untuk pertumbuhan.
c.              Vitamin
Kebutuhan vitamin dan mineral pada pakan ikan nilem, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ukuran ikan, temperatur media pemeliharaan dan komposisi pakan. Pada pembuatan pakan komersial, pemberian vitamin dan mineral dapat dilebihkan menjadi 2-5 kali dari kebutuhan dasar. Hal ini dikarenakan pada proses pembuatan pelet, mengalami teknik extrution yang menggunakan suhu tinggi sehingga memungkinkan vitamin dan mineral rusak dan larut.
d.             Lemak
Lemak pada pakan mempunyai peranan penting bagi ikan, karena berfungsi sebagai sumber energi dan asam lemak esensial, memelihara bentuk dan fungsi membran atau jaringan sel yang penting bagi organ tubuh tertentu, membantu dalam penyerapan vitamin yang terlarut dalam lemak, bahan baku hormon dan untuk mempertahankan daya apung tubuh.
e.              Mineral
Kebutuhan ikan akan mineral bervariasi, bergantung kepada jenis ikan, stadia, status reproduksi, jenis pakan alami yang biasa dimakan, lingkungan hidup dan kemampuan ikan tersebut dalam menyerap mineral dari lingkungan hidupnya.
Faktor Eksternal lainnya menurut Roesma (2011) antara lain :
a.              Suhu
Pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf.
b.             Salinitas
Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya kelangsungan hidup.
c.              DO (Oksigen Terlarut)
Oksigen terlarut merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme. Perubahan konsentrasi oksigen terlarut dapat menimbulkan efek langsung yang berakibat pada kematian organisme perairan. Sedangkan pengaruh yang tidak langsung adalah meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang pada akhirnya dapat membahayakan organisme itu sendiri. Hal ini disebabkan oksigen terlarut digunakan untuk proses metabolisme dalam tubuh dan berkembang biak.
d.             pH
pH merupakan suatu pernyataan dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air, besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Besaran pH berkisar antara 0–14, nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa, untuk pH = 7 disebut sebagai netral. Perairan dengan pH < 4 merupakan perairan yang sangat asam dan dapat menyebabkan kematian makhluk hidup, sedangkan pH > 9,5 merupakan perairan yang sangat basa yang dapat menyebabkan kematian dan mengurangi produktivitas perairan. Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif lebih stabil dan berada dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar antara 7,7–8,4. pH dipengaruhi oleh kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat yang dikandungnya.
Faktor kondisi Ikan Nilem sebesar 1312,72, Ikan Kembung 1076,34 dan, Ikan Kurisi 1171,52 maka dapat disimpulkan bahwa ikan-ikan tesebut kurus. Hal ini sesuai dengan Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie (1979) bahwa ikan yang badannya agak pipih. memiliki faktor kondisi berkisar antara 2-4 dan untuk ikan yang badannya kurang pipih memiliki faktor kondisi antara 1-3. Harga Faktor kondisi tergantung pada jumlah kepadatan populasi, tingkat kematangan gonad, makanan, jenis kelamin dan umur ikan.
Ikan hiu bersifat "euryhalin", derajat toleransinya tinggi terhadap salinitas, sehingga dapat hidup di perairan payau dan perairan tawar (sungai dan danau), selain laut sebagai habitat utamanya (Manik, 2004). Ikan ini merupakan penghuni umum dari perairan pantai kurang dari 30 m dalam yang menunjukkan bahwa ikan hiu bergerak sedikit selama musim panas pertama mereka. Pertumbuhan diperkirakan mereka adalah 23 24 cm Fork Length pada tahun pertama (Aubrey, 2005).
Ikan cucut atau ikan hiu termasuk dalam sub kelas Elasmobranchii. Ikan cucut atau ikan hiu termasuk hewan vivipar dan ovovivipar dengan fekunditas yang rendah, pertumbuhan dan kematangan gonadnya yang lambat, siklus reproduksi dan siklus hidupnya panjang (Fakhrurrizal, 2014). Carcharhinus brevipinna adalah vivipar, dengan plasenta kuning telur. Telur ovarium pada Carcharhinus brevipinna tidak terus matang selama kehamilan (Joung, 2005).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap panjang dan berat Ikan Hiu dewasa, secara berurutan didapatkan hasil bahwa Ikan Hiu jantan pertama memiliki ukuran panjang 49,8 cm dan berat 518 gram, Ikan Hiu jantan kedua memiliki panjang 43,5 cm dan berat 397 gram, Ikan Hiu betina memiliki panjang 52,7 cm dan berat 602 gram sedangkan Ikan Hiu jantan ketiga memiliki panjang 46 cm dan berat 423 gram. Hasil pengukuran panjang anak Ikan Hiu memperoleh suatu hasil Ikan Hiu jantan mempunyai ukuran panjang 23,3 cm dan berat 52 gram, Ikan Hiu betina memiliki panjang 22,3 cm dan berat 43 gram. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya panjang dan berat pada Ikan Hiu betina lebih besar dibandingkan dengan Ikan Hiu jantan. Hal ini sesuai dengan Suwarni (2009) yang menyatakan bahwa kisaran panjang total dan bobot total ikan betina lebih besar dibandingkan dengan jantan. Hal ini diduga karena adanya perbedaan pola pertumbuhan, lingkungan, ketersediaan makanan dan perbedaan ukuran pertama kali matang gonad. Apabila pada suatu perairan terdapat perbedaan ukuran dan jumlah dari salah satu jenis kelamin, kemungkinan disebabkan oleh perbedaan pola pertumbuhan, perbedaan ukuran pertama kali matang gonad, perbedaan masa hidup, dan adanya pemasukan jenis ikan atau spesies baru pada suatu populasi ikan yang sudah ada.
Pengamatan mengenai hubungan panjang dan berat, tentunya akan didapatkan nilai b sebagai penunjuk bagaimana pertumbuhan Ikan Hiu (Carcharhinus brevipinna). Hasil pengukuran menunjukkan bahwa perhitungan nilai a sebesar -0,67 dan nilai b sebesar 1,99. Nilai b tersebut dapat dikategorikan lebih kecil dari 3 sehingga pola pertumbuhannya bersifat allometrik negatif karena pertambahan panjang ikan lebih cepat daripada pertambahan beratnya (b < 3), sedangkan hubungan panjang dan berat pada  pertumbuhan anak Ikan Hiu (Carcharhinus brevipinna) didapat perhitungan nilai a sebesar -4 dan nilai b sebesar 4,17. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai b lebih besar dari 3 sehingga pola pertumbuhannya bersifat allometrik positif karena pertambahan berat ikan lebih cepat daripada pertambahan panjangnya (b > 3). Hal ini sesuai dengan Manik (2009) yang menyatakan bahwa jika b = 3, maka pertumbuhannya isometris, yaitu tingkat pertumbuhan panjang, lebar dan tinggi ikan adalah sama, atau pertumbuhan ikan yang bentuk dan berat jenisnya tidak berubah selama proses pertumbuhannya. Jika tidak sama dengan 3, pertumbuhannya allometrik, yaitu alometris positif apabila b > 3; dan allometris negatif apabila b < 3. Metode atau cara mengetahui posisi kurva - kurva hubungan panjang–berat bulanan yang diperoleh itu sejajar, berimpit atau berpotongan, maka dilakukan Uji-F melalui analisa kovarian.
Faktor kondisi pada pengamatan ikan hiu dewasa adalah 438,55 dan ikan hiu anakan 400,76. Faktor kondisi (FK) menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi. Di dalam penggunaan secara komersil, kondisi ini mempunyai arti kualitas dan kuantitas daging yang tersedia. Jadi kondisi ini dapat memberikan keterangan baik secara biologis maupun secara komersil. Faktor kondisi setiap jenis ikan secara umum relatif tidak berbeda jauh dan sebaran nilai faktor kondisi relatif seragam. Faktor yang mempengaruhi FK bergantung pada makanan, umur, spesies, jenis kelamin, dan tingkat kematangan gonad (Syahrir, 2013).















V.          KESIMPULAN DAN SARAN


5.1     Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut :
1.             Hasil perhitungan diperoleh nilai b Ikan Nilem adalah 1,95; pada Ikan Kembung adalah 4,79; dan nilai b Ikan Kurisi adalah 0,92. Pertambahan panjang Ikan Nilem dan Ikan Kurisi lebih cepat dari pada pertambahan beratnya (b < 3). Karena tidak seimbang maka disebut allometrik negatif dimana pertambahan panjang ikan tersebut lebih cepat dari pada pertambahan beratnya. Sedangkan pertambahan berat Ikan Kembung lebih cepat dari pertambahan panjangnya (b > 3) dan disebut allometrik positif.
2.             Hubungan pertumbuhan panjang dan berat ikan hiu dewasa bersifat allometrik negatif karena pertambahan panjang ikan lebih cepat daripada pertambahan beratnya (b < 3) dengan nilai a -0,67 dan b sebesar 1,99. Sedangkan pada pertumbuhan panjang dan berat ikan hiu anakan bersifat allometrik positif karena pertambahan berat ikan lebih cepat daripada pertambahan panjangnya (b > 3) dengan nilai a sebesar -4 dan nilai b sebesar 4,17.
3.             Faktor kondisi pada Ikan Nilem adalah 1312,7; pada Ikan Kembung 1076,34 dan pada Ikan Kurisi 1171,52.
4.             Nilai faktor kondisi untuk ikan hiu dewasa sebesar 438,55 sedangkan untuk ikan hiu anakan memiliki nilai faktor kondisi 208,33.

5.2       Saran

Hendaknya praktikan lebih memperhatikan tingkat ketelitian dalam pelaksanaan praktikum.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar