Selasa, 02 Desember 2014

Laporan Pengukuran Salinitas



PENGUKURAN LONGITUDINAL
FAKTOR FISIK DAN KIMIA DI SEGARA ANAKAN


Disusun Oleh :
Rifki Krisna Wibowo              H1K013048
Asisten :
Dyah Fatimah Oktaviani












JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
I.                  PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Laguna Segara Anakan Cilacap secara administratif terletak di kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap yang berbatasan dengan Ciamis Jawa Barat, dengan letak geografis pada koordinat 7038’-7041’ dan 108030’ BT. Batas bagian selatan dari Laguna Segara Anakan adalah Samudera Hindia. Laguna Segara Anakan merupakan estuarin semi tertutup, karena adanya Pulau Nusakambangan yang berfungsi sebagai penghalang antara perairan tersebut dengan Samudera Hindia. Kondisi hidro-oseanografi Samudera Hindia mempengaruhi perairan Segara Anakan Cilacap melalui perairan Pelawangan Barat (PPB) (Rotisari dan Rahayuningsih, 1994).
Salinitas didefinisikan sebagai kadar garam atau jumlah berat semua garam (dalam garam) yang terlarut dalam satu liter air. Salinitas biasanya dinyatakan dengan satuan (ppt) (Effendi, 2003). Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan biota laut baik secara ekologinya. Estuari memiliki peralihan (gradien) salinitas yang bervariasi, terutama tergantung permukaan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tetapi mendukung kehidupan yang padat dan juga menyangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas yang rendah.
1.2              Tujuan
Mengetahui pola longitudinal faktor fisik kimia kunci di Segara Anakan.

  

II.               MATERI DAN METODE

2.1         Materi
2.1.1         Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, hand refractometer
2.1.2         Bahan
Bahan yang digunakan yaitu, air aquades, dan air sample.
2.2         Metode
Hand refractometer disiapkan, setelah itu lakukan pengukuran salinitas setiap 15 menit sekali dengan menuangkan air sample ke bagian sensor hand refractometer, hand refractometer diarahkan ke bagian tempat bercahaya, catat data secermat mungkin, air akuades di tuangkan ke bagian sensor hand refractometer untuk menetralkan skala, lakukan pengulangan pengukuran setiap 15 menit sekali.
2.3         Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Jum’at, 7 November 2014 di perairan Pelawangan , Segara Anakan, Kapubaten Cilacap, Jawa Tengah



     





III.           HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1                   Hasil
3.1.1 Tabel Pengamatan Pengukuran Salinitas
Waktu
Salinitas


15 Menit ke – 1
29 ppt

30 ppt

15 Menit ke – 2
29 ppt

28 ppt

15 Menit ke – 3
28 ppt

29 ppt

15 Menit ke – 4
28 ppt

28 ppt

15 Menit ke – 5
26 ppt

25 ppt

15 Menit ke – 6
25 ppt

25 ppt

15 Menit ke – 7
24 ppt

25 ppt

15 Menit ke – 8
21 ppt

20 ppt

15 Menit ke – 9
21 ppt

22 ppt

15 Menit ke – 10
22 ppt

23 ppt

15 Menit ke – 11
24 ppt

24 ppt

15 Menit ke – 12
28 ppt

28 ppt





























3.1.2 Grafik Pengukuran Salinitas


3.2              Pembahasan
Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan. Garam yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur (NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu : natrium (Na), kalium (K), Kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4) dan bikarbonat (HCO3). Salinitas dinyatakan dalam suatu gram/kg atau promil (Effendi, 2003).
Berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan diperoleh nilai salinitas yang berbeda-beda ini disebabkan karena adanya faktor- faktor yang mempengaruhi distribusi suhu dan salinitas di perairan estuari seperti penyerapan panas (heat flux), curah hujan (presipitation), aliran sungai (flux) dan pola sirkulasi arus (Robert, 2005).
 Salinitas merupakan faktor dominan di perairan estuari. Secara definitif satu gradient salinitas akan tampak pada suatu saat tertentu. Tetapi pola gradient bervariasi bergantung pada musim topografi estuaria, pasang surut dan jumlah air tawar. Tetapi ada juga faktor lain yang berperan dalam mengubah pola salinitas. Pasang surut merupakan salah satu kekuatan. Oleh karena itu, pada berbagai musim suatu titik tertentu di estauria dapat mengalami salinitas yang berbeda-beda. Estuaria memiliki peralihan (gradien) salinitas yang bervariasi terutama tergantung pada permukaan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut (Pratikto, 2006). 
Pasang surut sebagai salah satu kekuatan angin dapat mempengaruhi salinitas, maka tempat yang pasang surutnya besar pasang naik akan mendorong air laut lebih dulu ke hulu estuarin sebagai akibatnya pada daerah yang salinitasnya berubah-ubah sesuai dengan keadaan pasang surutnya (Nybakken, 1988).

IV.           KESIMPULAN DAN SARAN

4.1              Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum dapat disimpulkan bahwa, perubahan salinitas di perairan Pelawangan, Cilacap, Jawa Tengah disebabkan oleh faktor – faktor yang mempengaruhi seperti curah hujan (presipitation), aliran sungai (flux) dan pola sirkulasi arus. Pasang surut merupakan salah satu kekuatan. Oleh karena itu, pada berbagai musim suatu titik tertentu di estauria dapat mengalami salinitas yang berbeda-beda.
4.2              Saran
Hendaknya praktikan lebih cermat dalam memperhatikan skala pada Hand refractometer.














                   



DAFTAR PUSTAKA

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius

Nybakken, j, W. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: Gramedia.

Pratikto, L & Rochaddi, B. 2006. Ekologi perairan Delta Wulan Demak, Jawa Tengah : korelasi sebaran gastropoda dan bahan organik dasar di kawasan mangrove. Ilmu Kelautan 11(4): 76-78.

H, Robert. 2005. Introduction to Physical Oceanografi. Page 52

Rotisari, 1994. Vortec - the marine energy solution. Marine Renewable Energy Conference 200. Newcastle, United Kingdom.
























LAMPIRAN
Laguna Segara Anakan Cilacap secara administratif terletak di kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap yang berbatasan dengan Ciamis Jawa Barat, dengan letak geografis pada koordinat 7038’-7041’ dan 108030’ BT. Batas bagian selatan dari Laguna Segara Anakan adalah Samudera Hindia. Laguna Segara Anakan merupakan estuarin semi tertutup, karena adanya Pulau Nusakambangan yang berfungsi sebagai penghalang antara perairan tersebut dengan Samudera Hindia. Kondisi hidro-oseanografi Samudera Hindia mempengaruhi perairan Segara Anakan Cilacap melalui perairan Pelawangan Barat (PPB) (Rotisari dan Rahayuningsih, 1994).
Salinitas didefinisikan sebagai kadar garam atau jumlah berat semua garam (dalam garam) yang terlarut dalam satu liter air. Salinitas biasanya dinyatakan dengan satuan (ppt) (Effendi, 2003). Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan. Garam yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur (NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu : natrium (Na), kalium (K), Kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4) dan bikarbonat (HCO3). Salinitas dinyatakan dalam suatu gram/kg atau promil (Effendi, 2003).
Berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan diperoleh nilai salinitas yang berbeda-beda ini disebabkan karena adanya faktor- faktor yang mempengaruhi distribusi suhu dan salinitas di perairan estuari seperti penyerapan panas (heat flux), curah hujan (presipitation), aliran sungai (flux) dan pola sirkulasi arus (Robert, 2005).
 Salinitas merupakan faktor dominan di perairan estuari. Secara definitif satu gradient salinitas akan tampak pada suatu saat tertentu. Tetapi pola gradient bervariasi bergantung pada musim topografi estuaria, pasang surut dan jumlah air tawar. Tetapi ada juga faktor lain yang berperan dalam mengubah pola salinitas. Pasang surut merupakan salah satu kekuatan. Oleh karena itu, pada berbagai musim suatu titik tertentu di estauria dapat mengalami salinitas yang berbeda-beda. Estuaria memiliki peralihan (gradien) salinitas yang bervariasi terutama tergantung pada permukaan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut (Pratikto, 2006). 
Pasang surut sebagai salah satu kekuatan angin dapat mempengaruhi salinitas, maka tempat yang pasang surutnya besar pasang naik akan mendorong air laut lebih dulu ke hulu estuarin sebagai akibatnya pada daerah yang salinitasnya berubah-ubah sesuai dengan keadaan pasang surutnya (Nybakken, 1988).






































Tidak ada komentar:

Posting Komentar