PENGUKURAN LONGITUDINAL
FAKTOR FISIK DAN KIMIA DI SEGARA
ANAKAN
Disusun
Oleh :
Rifki Krisna
Wibowo H1K013048
Asisten :
Dyah Fatimah
Oktaviani
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Laguna
Segara Anakan Cilacap secara administratif terletak di kecamatan Kampung Laut
Kabupaten Cilacap yang berbatasan dengan Ciamis Jawa Barat, dengan letak
geografis pada koordinat 7038’-7041’ dan 108030’
BT. Batas bagian selatan dari Laguna Segara Anakan adalah Samudera Hindia.
Laguna Segara Anakan merupakan estuarin semi tertutup, karena adanya Pulau
Nusakambangan yang berfungsi sebagai penghalang antara perairan tersebut dengan
Samudera Hindia. Kondisi hidro-oseanografi Samudera Hindia mempengaruhi
perairan Segara Anakan Cilacap melalui perairan Pelawangan Barat (PPB)
(Rotisari dan Rahayuningsih, 1994).
Salinitas
didefinisikan sebagai kadar garam atau jumlah berat semua garam (dalam garam)
yang terlarut dalam satu liter air. Salinitas biasanya dinyatakan dengan satuan
(ppt) (Effendi, 2003). Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang
sangat penting bagi kehidupan biota laut baik secara ekologinya. Estuari
memiliki peralihan (gradien) salinitas yang bervariasi, terutama tergantung
permukaan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut. Variasi ini
menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tetapi mendukung kehidupan
yang padat dan juga menyangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai
perairan dengan salinitas yang rendah.
1.2
Tujuan
Mengetahui pola
longitudinal faktor fisik kimia kunci di Segara Anakan.
II.
MATERI
DAN METODE
2.1
Materi
2.1.1
Alat
Alat yang digunakan
dalam praktikum ini yaitu, hand refractometer
2.1.2
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu,
air aquades, dan air sample.
2.2
Metode
Hand
refractometer disiapkan, setelah itu lakukan pengukuran salinitas setiap 15
menit sekali dengan menuangkan air sample ke bagian sensor hand refractometer,
hand refractometer diarahkan ke bagian tempat bercahaya, catat data secermat
mungkin, air akuades di tuangkan ke bagian sensor hand refractometer untuk
menetralkan skala, lakukan pengulangan pengukuran setiap 15 menit sekali.
2.3
Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada Hari Jum’at, 7 November 2014 di perairan Pelawangan ,
Segara Anakan, Kapubaten Cilacap, Jawa Tengah
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
3.1.1 Tabel Pengamatan Pengukuran
Salinitas
Waktu
|
Salinitas
|
|
15 Menit ke – 1
|
29 ppt
|
|
30 ppt
|
||
15 Menit ke – 2
|
29 ppt
|
|
28 ppt
|
||
15 Menit ke – 3
|
28 ppt
|
|
29 ppt
|
||
15 Menit ke – 4
|
28 ppt
|
|
28 ppt
|
||
15 Menit ke – 5
|
26 ppt
|
|
25 ppt
|
||
15 Menit ke – 6
|
25 ppt
|
|
25 ppt
|
||
15 Menit ke – 7
|
24 ppt
|
|
25 ppt
|
||
15 Menit ke – 8
|
21 ppt
|
|
20 ppt
|
||
15 Menit ke – 9
|
21 ppt
|
|
22 ppt
|
||
15 Menit ke – 10
|
22 ppt
|
|
23 ppt
|
||
15 Menit ke – 11
|
24 ppt
|
|
24 ppt
|
||
15 Menit ke – 12
|
28 ppt
|
|
28 ppt
|
3.1.2 Grafik Pengukuran Salinitas
3.2
Pembahasan
Salinitas
perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan. Garam yang
dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur
(NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu : natrium
(Na), kalium (K), Kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4)
dan bikarbonat (HCO3). Salinitas dinyatakan dalam suatu gram/kg atau
promil (Effendi, 2003).
Berdasarkan
hasil praktikum yang dilaksanakan diperoleh nilai salinitas yang berbeda-beda
ini disebabkan karena adanya faktor- faktor yang mempengaruhi distribusi suhu
dan salinitas di perairan estuari seperti penyerapan panas (heat flux), curah hujan (presipitation), aliran sungai (flux) dan pola sirkulasi arus (Robert,
2005).
Salinitas merupakan faktor dominan di perairan
estuari. Secara definitif satu gradient salinitas akan tampak pada suatu saat
tertentu. Tetapi pola gradient bervariasi bergantung pada musim topografi
estuaria, pasang surut dan jumlah air tawar. Tetapi ada juga faktor lain yang
berperan dalam mengubah pola salinitas. Pasang surut merupakan salah satu
kekuatan. Oleh karena itu, pada berbagai musim suatu titik tertentu di estauria
dapat mengalami salinitas yang berbeda-beda. Estuaria memiliki peralihan
(gradien) salinitas yang bervariasi terutama tergantung pada permukaan air
tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut (Pratikto, 2006).
Pasang
surut sebagai salah satu kekuatan angin dapat mempengaruhi salinitas, maka
tempat yang pasang surutnya besar pasang naik akan mendorong air laut lebih
dulu ke hulu estuarin sebagai akibatnya pada daerah yang salinitasnya
berubah-ubah sesuai dengan keadaan pasang surutnya (Nybakken, 1988).
IV.
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan praktikum dapat disimpulkan bahwa, perubahan salinitas di
perairan Pelawangan, Cilacap, Jawa Tengah disebabkan oleh faktor – faktor yang
mempengaruhi seperti curah hujan (presipitation),
aliran sungai (flux) dan pola
sirkulasi arus. Pasang surut merupakan salah satu kekuatan. Oleh karena itu,
pada berbagai musim suatu titik tertentu di estauria dapat mengalami salinitas
yang berbeda-beda.
4.2
Saran
Hendaknya
praktikan lebih cermat dalam memperhatikan skala pada Hand refractometer.
DAFTAR
PUSTAKA
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius
Nybakken, j, W. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis.
Jakarta: Gramedia.
Pratikto, L
& Rochaddi, B. 2006. Ekologi perairan
Delta Wulan Demak, Jawa Tengah : korelasi sebaran gastropoda dan bahan organik
dasar di kawasan mangrove. Ilmu Kelautan 11(4): 76-78.
H, Robert. 2005.
Introduction to Physical Oceanografi.
Page 52
Rotisari, 1994. Vortec - the marine energy solution. Marine
Renewable Energy Conference 200. Newcastle, United Kingdom.
LAMPIRAN
Laguna
Segara Anakan Cilacap secara administratif terletak di kecamatan Kampung Laut
Kabupaten Cilacap yang berbatasan dengan Ciamis Jawa Barat, dengan letak
geografis pada koordinat 7038’-7041’ dan 108030’
BT. Batas bagian selatan dari Laguna Segara Anakan adalah Samudera Hindia.
Laguna Segara Anakan merupakan estuarin semi tertutup, karena adanya Pulau
Nusakambangan yang berfungsi sebagai penghalang antara perairan tersebut dengan
Samudera Hindia. Kondisi hidro-oseanografi Samudera Hindia mempengaruhi
perairan Segara Anakan Cilacap melalui perairan Pelawangan Barat (PPB)
(Rotisari dan Rahayuningsih, 1994).
Salinitas
didefinisikan sebagai kadar garam atau jumlah berat semua garam (dalam garam)
yang terlarut dalam satu liter air. Salinitas biasanya dinyatakan dengan satuan
(ppt) (Effendi, 2003). Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam
suatu perairan. Garam yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air
termasuk garam dapur (NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama
yaitu : natrium (Na), kalium (K), Kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl),
sulfat (SO4) dan bikarbonat (HCO3). Salinitas dinyatakan
dalam suatu gram/kg atau promil (Effendi, 2003).
Berdasarkan
hasil praktikum yang dilaksanakan diperoleh nilai salinitas yang berbeda-beda
ini disebabkan karena adanya faktor- faktor yang mempengaruhi distribusi suhu
dan salinitas di perairan estuari seperti penyerapan panas (heat flux), curah hujan (presipitation), aliran sungai (flux) dan pola sirkulasi arus (Robert,
2005).
Salinitas merupakan faktor dominan di perairan
estuari. Secara definitif satu gradient salinitas akan tampak pada suatu saat
tertentu. Tetapi pola gradient bervariasi bergantung pada musim topografi
estuaria, pasang surut dan jumlah air tawar. Tetapi ada juga faktor lain yang
berperan dalam mengubah pola salinitas. Pasang surut merupakan salah satu
kekuatan. Oleh karena itu, pada berbagai musim suatu titik tertentu di estauria
dapat mengalami salinitas yang berbeda-beda. Estuaria memiliki peralihan
(gradien) salinitas yang bervariasi terutama tergantung pada permukaan air
tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut (Pratikto, 2006).
Pasang
surut sebagai salah satu kekuatan angin dapat mempengaruhi salinitas, maka
tempat yang pasang surutnya besar pasang naik akan mendorong air laut lebih
dulu ke hulu estuarin sebagai akibatnya pada daerah yang salinitasnya
berubah-ubah sesuai dengan keadaan pasang surutnya (Nybakken, 1988).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar